Kamis, 17 Mei 2012

UPACARA DEWA YADNYA (PIODALAN)

BANTEN PIODALAN Terdiri atas 4 tingkatan yaitu : 1. Tingkat Sayut Pengambiyan ( Tumpeng 7 ) 2. Tingkat Udel Kurenan ( Tumpeng 11 ) 3. Tingkat Pulogembal 4. Tingkat Bebangkit I. ODALAN TINGKAT SAYUT PENGAMBIYAN Banten Ayaban : - 1 dulang gebogan jaja uli, begina, satuh, tape, dll - 1 dulang buah-buahan - 1 dulang rayunan dan ulam dalam takir-takir - Sayut banten - Pengambyan - Peras - Sodan dan 1 tanding ketupat (anaman) kelanan - Dapetan - Sesayut Sidakarya - Sesayut Sidapurna - Sesayut Ibu sugih - Pekumel - Prayascita - Arak,berem,asep - Canang, kwangen, bunga
Banten yang munggah di pelinggih Ida Betara : - Banten danan - Pejrimpenan - Sodan pekideh - Canang - Segehan II. ODALAN TINGKAT UDEL KURENAN - 1 soroh suci - 1 jrimpen - Sayut banten - Pengambyan - Peras - Sodan + ketupat kelanan - Dapetan - Penyeneng - Udel - Kurenan - Guru - Pengiring - Pengapit - Sesayut Sidakarya - Sesayut Sidapurna - Sesayut Ibu sugih - Sesayut sri sedana - Sesayut gunung Raun - Penyeneng gede - Gebogan buah - Gebagab jajan uli, begina - Jajan seserodan - Gebogan jajan basah - Gebogan ajengan dilengkapi dengan ulamnya - Pekumel bhatara - Lis - Prayascita - Canang, bunga, kwangen - Arak, berem, air, tirta asep dan pasepan Banten yg munggah di pelinggih-pelinggih Ida Betara : - Daksina linggih - Banten danan - Jrimpenan - Yang penting-penting dapat munggah lekah - Sodan pekideh - Canang, pasucian - Segehan Banten yang munggah di pelinggih Ida Betara Surya : - Banten pejati - Peras - Sodan + tipat kelanan - Daksina III. ODALAN TINGKAT PULOGEMBAL Banten Ayaban : - 1 soroh suci - Pregembal dan tatakannya - Tempeh mesrobong - Paso masrobong - Pepletikan - Sayut banten - Pengambyan - Peras - Sodan + tipat kelanan - Dapetan - Penyeneng - Udel - Kurenan - Guru - Pengiring - Pengapit - Ancak - Bingin - Ungang - Tagog - Bulakan - Pancoran - Pengebek - Tebasan Giri Kencana Muka - Tebasan Betel Tingal - Tebasan Merta Sari - Sesayut Sidakarya - Sesayut Sida Purna - Sesayut Ibu sugih - Sesayut Munggah Tapa - Sesayut Ider Buana - Sesayut Pegoyan - Sesayut Mertha Dewa - 1 soroh penyeneng gede - 1 bh jerimpen - 1 soroh lis senjata - 1 pekumel - 1 soroh prayascita - 1 gebogan jaja uli, begina, tape, satuh dll - 1 dulang jajan seserodan - 1 gebogan jajan basah, lapis , bikang, bantal dll - 1 gebogan buah-buahan - 1 pajeg rayunan/ulam ebat-ebatan dan rerasmen dalam takir-takir - Canang, bunga, kwangen - Arak,berem, air dan asep - Segehan - Ulam banten (hiasan sesate yg ditusukkan pada 1 bh kelapa yg masih ada sabutnya) Banten di panggungan - Tingkat Udel Kurenan - 1 sorohan - 3 soroh sesayut - 1 buah penyeneng gede Banten yg munggah di Surya - Daksina linggih - 1 soroh suci - Peras - Sodan + tipat kelanan - 1 bh kelapa muda gading - 1 tamas seserodan - 1 tamas janur sancak - Banten danan - Pejrimpenan - Canang aturan Di pelinggih Bhatara yg utama : - Daksina linggih - 1 soroh suci - Banten danan - Pejrimpenan - Sodan pekideh + tipat kelanan - Canang pasucian Di pelinggih yg lainnya – bawahan - Daksina linggih - 1 soroh lekah - Banten danan - Pejrimpenan - Sodan pekideh + tipat kelanan - Canang pesucian 4. ODALAN TINGKAT BEBANGKIT Banten Ayaban : - 2 soroh suci - 1 soroh pregembal - 2 soroh tempeh mesrobong - 2 soroh paso masrobong - 1 soroh pepletikan - 1 soroh tanem tuwuh - 1 bebangkit dengan tatakannya - 1 soroh bebangkit - 1 daksina gede - 1 sorh jejeg urip - 1 soroh sayut agung - 1 pemugbug tumpeng lima - 1 guru agung puncak manik - 1 tumpeng tunjang langit - 1 soroh banten guling - 1 tunggul ulam bebangkit - 1 soroh gelar sanga - 2 soroh pengebek - 2 soroh sayut banten - 2 soroh pengambyan - 2 soroh peras - 2 soroh sodan + tipat kelanan - 2 soroh dapetan - 2 soroh penyeneng - 2 soroh banten guru - 2 soroh banten udel - 2 soroh banten kurenan - 2 soroh banten pengapit - 2 soroh banten pengiring - 1 soroh banten ancak - 1 soroh banten bingin - 1 soroh banten ungang - 1 soroh banten tagog - 1 soroh banten bulakan - 1 soroh banten pancoran - Tebasan Giri Kencana Muka - Tebasan Betel Tingal - Tebasan Mertha Sari - Tebasan Gunung Raun - Sayut Sidakarya - Sayut Sida Purna - Sayut Ibu Sugih - Sayut Pagoyan - Sayut Sri Sedana - Sayut Candra Geni - 1 soroh penyeneng gede - 1 jrimpen - 1 gebogan buah-buahan - 1 gebogan jaja - 1 tamas jajan saserodan - 1 gebogan jajan basah - 1 pajeg rayunan dan ulam ebat-ebatan - 1 soroh lis senjata - 1 soroh pekumel - 1 soroh prayascita - Canang, bunga, kwangen, bija, tirta - Segehan Banten yang munggah di panggung : - 1 soroh pregembal lengkap - 3 soroh banten sesayut - 1 soroh-sorohan dll Banten yg munggah di Surya : - 1 bh kelapa gading yg di kasturi - Daksina linggih - Pesucian - 1 soroh suci - Banten danan dan pejrimpenan - 1 soroh pejati - 1 tamas seserodan - 1 tamas sancak - Dewa-dewi Banten yg munggah di sor Surya : - 1 soroh pejati - 1 soroh glarsanga Banten dihadapan Ida Sulinggih mapuja - 1 soroh suci - 1 tamas seserodan - 1 soroh pejati dg sesari - 1 besek buah-buahan Dihaturkan sesudah selesai upacara

Kamis, 09 Juni 2011

Dia sudah memukulku!...Aku harus memukulnya juga!!


Apa yang saudara lakukan jika seseorang menampar pipi saudara? ataukah seseorang mencaci saudara?
Pasti kita akan berusaha membalasnya kan?!
Dan jika ditanya mengapa... kita sering berkata , "kan wajar kita membalasnya, inilah namanya aksi dan reaksi!"
Betul sekali, setiap aksi pasti akan menghasilkan sebuah reaksi. Tapi apakah hasil reaksi harus selalu sama dengan aksi sebelumnya. Mungkin, tapi coba kita perhatikan yang berikut.
Pernahkah saudara menikmati enaknya ice cream goreng? Hmm... sangat lezat bukan? Dan banyak yang berdecak kagum pada sajian kuliner ini. Mengapa? ice cream yang digoreng namun tetap beku. Kok bisa? Ya, karena sajian ini terbuat dari bulatan ice cream beku yang diselimuti oleh adonan tepung yang kemudian didinginkan selama beberapa jam, barulah digoreng dengan minyak yang panas.
Sajian ini mengajarkan filosofi sederhana pada kita.
Kebekuan ice cream ibaratnya hati kita yang tetap dingin walau "digoreng" oleh panasnya minyak. Tapi untuk tetap dingin tentunya perlu balutan adonan pelindung, yaitu kesadaran.
Kesadaran Tuhan...
Kesadaran yang harus kita bentuk sedini mungkin. Mengapa kesadaran Tuhan?
Setiap peristiwa didalam hidup kita tak terbentuk begitu saja. Setiap moment didalam hidup kita adalah buah dari keinginan dan perbuatan kita sendiri. Jika tak ingin disakiti orang lain, mari janganlah kita menyakiti orang lain. Kasihilah semua seperti kita mengasihi diri kita sendiri.
Mungkin kita tak sadar saat kita menyakiti seseorang... namun reaksinya tak harus terjadi sekarang juga. Kelak... keadilan Tuhan tetap berjalan. Mungkin dari orang lainlah yang akan melaksanakan reaksi itu.
Atau terkadang terjadi pula kebalikannya, disaat kita melakukan hal yang baik justru dibalas reaksi yang sebaliknya. Lalu apakah saudara merasa ini tak adil?
Jangan. Tuhan selalu mencoba menguji umatNya. menguji seberapa kuatnyakah kita untuk bertahan dijalan yang baik. Namun kita takkan pernah tahu kapan Beliau akan menguji kita. Ingatlah selalu bahwa Tuhan ada disetiap ciptaanNya dan Beliau selalu ada dibalik semua peristiwa.
Jadi jika seseorang telah menyakiti saudara, berusahalah untuk tetap sabar dan tenang, menerima sebagai sebuah teguran dari Tuhan bahwa ada yang kurang dari kita.
Kesadaran Tuhan akan selalu melindungi kita dari hal-hal yang buruk. bukan menghindarkan kita namun melindungi perasaan kita sehingga tak terlukai oleh perbuatan buruk siapapun dan apapun. Hati menjadi lebih damai dan tenang.Dan ibaratnya ice cream goreng itu, untuk bisa memiliki kesadaran ini tak bisa begitu saja, perlu disimpan beberapa jam di dalam pendingin. Artinya kita pun perlu waktu untuk membentuk kesadaran ini. Setiap kali kejadian buruk terjadi pada kita, selalu sadar untuk menahan diri untuk tidak marah. Semakin kita bisa membiasakan untuk sadar sebelum membalasnya, semakin kuatlah selaput kesadaran itu yang akan melindungi hati kita. Suksma

Dia kekasihku... hanya milikku seorang!!!


Pernahkah kita berkata seperti itu...? semua pasti pernah. Entah itu kekasih, suami, istri,anak dan bahkan benda-benda kesayangan.

Tapi apakah memang begitu keadaannya? apakah memang itu adalah milik kita seorang?

Pernahkah saudara memperhatikan sebatang pohon beringin besar yang tumbuh di pinggir jalan raya ataupun di areal pura. Begitu besar dan kokoh. Disaat panas ataupun disaat hujan, semua orang bisa berteduh dibawahnya. Merasakan begitu teduhnya berada didekat pohon tersebut. Sejuk dan nyaman. Begitu damai..............

Tetapi, apakah pohon itu milik kita seorang? tentu tidak. Kita boleh berada didekatnya, kita boleh merasakan damai bersamanya, namun bukan berarti pohon itu harus kita miliki.

Ibarat orang-orang yang kita cintai... seringkali kita merasa begitu nyaman, begitu bahagia berada didekat mereka. Namun kenyamanan ini kita rasakan sebagai milik kita seorang. Rasa sayang ini membuat kita merasa harus memilikinya dan bahkan merasa itu hanya milik kita saja. Dan seringkali rasa memiliki ini membuat kita tak tenang, selalu was-was akan kehilangan, cemburu dan sedih karenanya.

Sesungguhnya, jika kita mencintai dengan tulus, semua kekhawatiran itu takkan ada.Mencintai dengan ketulusan justru akan menghilangkan rasa ego kita tuk memilikinya. Karena ketulusan adalah hati, ketulusan adalah kemurnian hati. Jika kita tulus, tak kan pernah terbersit harapan-harapan ataupun keinginan-keinginan yang timbul atas perbuatan yang kita lakukan itu. Ketulusan adalah menerimanya apa adanya, menerima keadaan yang menyertainya, menerima keadaan yang akan menimpanya. Ketulusan adalah menerima.

Jika kita mampu mencintai secara tulus, takkan ada kata "dia hanya milikku". Ketulusan bukan ego. Ketulusan adalah tak ada rasa untuk memiliki. Ketulusan adalah memberi tanpa berharap tuk menerima.

Didalam Saunaka Gita disebutkan;

"Semua dukacita mempunyai kasih sayang sebagai dasar mereka. Semua ketakutan juga dalah turunan dari kasih sayang. Dukacita, kegembiraan, kelelahan, dan setiap kesakitan diawali dari kasih sayang.

Dari kasih sayang akan muncul imajinasi, dan melalui kasih sayang dalam keterikatan, maka kasih sayang akan berkembang kearah obyek dari dunia. Keduanya ini adalah berlawanan terhadap asal yang baik. Guru yang asli dari semua gangguan adalah kasih sayang.

Sama halnya dengan suatu api yang kecil ada di dalam cekungan suatu pohon akan membakar seluruh pohon itu sendiri sampai habis, dengan cara yang sama, suatu kasih sayang yang kecil pada suatu obyek perasaan akan membakar semua kemakmuran dan kebaikan.

Ia yang menghilangkan obyek perasaan bukanlah manusia yang melakukan penolakan. Ia yang tidak memiliki dalam hubungan dengan obyek perasaan akan memperoleh sesuatu yang tanpa penderitaan. Ia tak punya rasa kebencian dan permohonan"

Jadi... cintailah semuanya ciptaanNya dengan penuh ketulusan. Ketulusan akan membawa ketentraman di hati kita dan kedamaian. Apapun yang Beliau anugerahkan, orangtua..saudara...pasangan...anak..harta..... terimalah dengan tulus. Semua ciptaanNya adalah anugerah, jadi cintailah anugerah itu dengan penuh ketulusan.

Salam sejahtera

Jangan terlalu keras pada hidup... jangan pula terlalu lembek. Belajarlah dari layangan.


Seringkali kita begiu terpesona pada terbangnya layang-layang di langit. Meliuk-liuk indah, kadang menukik tajam ke atas , kadang ke bawah... membuat jantung deg-degan.

Namun, layang-layang mengajarkan filosofi kehidupan yang begitu sederhana pada kita.

Seringkali kita menangis, kecewa dan marah bahkan tak jarang putus asa disaat cobaan menerpa kita. Tak sedikit pula yang mencoba bunuh diri.

Mari kita belajar dari layang-layang.

Layang-layang bisa terbang naik keatas... memerlukan angin. Layang-layang itu ibarat kita sendiri dan angin adalah cobaan/ujian Tuhan. Untuk bisa naik dan maju didalam kehidupan ini, kita memerlukan cobaan itu. Hidup kita tak ubahnya saat kita bersekolah. Setiap keningkatan memerlukan ujian.

Mari kita perhatikan bagaimana naiknya layang-layang itu. Untuk bisa makin tinggi naiknya, layang-layang perlu angin yang lebih kencang. Justru itu yang diperlukannya. Seperti kita, untuk bisa maju dan menjadi lebih dewasa lagi, kita perlu cobaan yang lebih berat lagi. Semakin kita bisa melalui cobaan yang berat itu, maka makin majulah atau makin dewasalah kita.

Namun... jangan pula terlalu kencang menarik tali layangan disaat angin itu kencang karena justru layangan itu akan putus. Janganlah kita terlalu keras melawan angin itu. Ikuti alirannya dan ikuti. Cari celah dimana kita harus menariknya agak kencang agar bisa naik ataupun dimana kita harus mengendurkannya agar tali tak putus. Begitu pula hidup kita. Jangan terlalu berambisi dan begitu tegang dalam menghadapi cobaan itu. Tetap tenang. Ada kalanya kita harus lebih tegas dalam menyelesaikan cobaan itu adakalanya kita harus sedikit menarik diri dan berserah padaNya.

Dan jangan pernah lupa, jangan pula kita terlalu kendor menarik tali layangan itu, karena itu hanya akan membuat layangan sulit terbang dan justru akan menukik turun menabrak bumi.

Buatlah hidup ini seperti layangan itu. Jangan pernah menyalahkan nasib, jangan pernah kita menyesali cobaan demi cobaan yang menimpa kita. Tuhan menganugerahkan cobaan itu agar kita belajar dan lebih meningkatkan diri. Jadi syukurilah setiap cobaan yang menerpa. Hanya dengan itulah kita bisa mengukur seberapa bijaknyakah kita saat ini. Tetaplah yakin bahwa Tuhan tak pernah memberikan ujian diluar dari kemampuan umatnya. Salam sejahtera...

Tuhanku yang paling hebat!!....Bukan! Tuhanku yang paling Hebat!!!

“SD-ku yang paling bagus! …. “Bukan! Tapi SD-ku…! …. “Gak!!! SD-ku kok yang paling bagus!......
Tiga orang anak berseragam SD sedang berdebat sengit didepan kantor kecamatan. Dari seragamnya tampak bahwa mereka bukan berasal dari SD yang sama. Masing-masing dari mereka sedang mengunggulkan SD masing-masing. Kebetulan mereka bertemu bersama dikantor kecamatan untuk mendukung teman-teman mereka yang sedang mengikuti lomba paduan suara. Dan hampir-hampir saja mereka berkelahi jika saja tak segera dilerai oleh seorang petugas kebersihan.
Ternyata perdebatan mereka tak sampai disitu. Mereka bertemu kembali saat diadakan lomba gerak jalan piala kabupaten. Namun kali ini mereka menggunakan seragam SMP. Dan lagi-lagi mereka memperdebatkan SMP mereka masing-masing sampai-sampai mengajak teman-temannya untuk saling mengejek. Akibatnya grup sekolah ketiga anak ini jadi kacau.
Perdebatan berlanjut hingga mereka SMA. Mereka bertemu kembali saat lomba cerdas cermat antar SMU se propinsi. Namun mereka memperdebatkannya keunggulan sekolah masing-masing tanpa berkelahi. Mungkin karena mereka merasa malu jika berkelahi karena mereka sudah beranjak dewasa.
Namun 2 tahun berikutnya, mereka bertemu kembali namun kali ini duduk dimeja yang sama. Mereka bukan lagi memperdebatkan sekolah masing-masing. Justru mereka sedang bekerja sama mempersiapkan demo kepaa pemerintah yang akan merencanakan penggalian pasir pantai. Kali ini mereka duduk bersama sebagai mahasiswa perguruan tinggi yang sama . ya… mereka ternyata bertemu diperguruan tinggi yang sama. Dan kali ini misi mereka sama, menolong masyarakat. Tidak ada lagi teriakan dan ejekan tentang sekolah masing-masing.
Itulah kita manusia. Tingkatan dari SD hingga perguruan tinggi ibaratkan tingkat spiritual kita. Disaat tingkat spiritual kita masih “SD” kita masih dipengaruhi ego yang kuat bahwa Tuhan kitalah yang paling hebat. Setelah naik ke jenjang SMP, kita masih mempunyai ego itu namun tingkat arogannya mulai berkurang dalam mempertahankan pendapat, begitu pula saat naik ke SMA.
Namun saat kita sudah mencapai perguruan tinggi dan hamper lulus sebagai sarjana, saat itu kita merasa kita duduk ditempat yang sama. Hilanglah perdebatan itu. Begitu pula jika tingkat spiritual kita tinggi. Kita akan merasa bahwa semua adalah sama. Semua duduk dibangku yang sama. Dan Tuhan adalah satu.
Jadi, mari kita tingkatkan kesadaran kita, selama kita masih ditingkat dasar , ego masih sangat kuat mempengaruhi kita sehingga menimbulkan perbedaan persepsi. Dengan meningkatnya kesadaran kita akan Tuhan, maka saat itulah kita akan menyadari bahwa Tuhan itu satu. Jadi untuk apa memperdebatkan bahwa beliau berbeda? Mari kita tingkatkan iman kita dan keyakinan kita akan Nya. Karena dengan itulah semua perbedaan itu akan perlahan dan pasti akan terlihat sama. Suksma

Jangan Pernah Menyesali Hidup

Seringkali kita mengeluh dan terus mengeluh. Mengeluhkan kondisi kehidupan kita saat ini, yang tak sesuai dengan keinginan kita. Tak jarang pula ini membuat kita kesal… sedih… marah…
Seringkali pula kekecewaan ini kita limpahkan kepada orang lain atas penderitaan ini, dan bahkan kepadaNya dan berkata bahwa Dia tak adil. Mengapa saya harus menderita? Apa yang salah dari saya?
Namun apakah dengan menyalahkan Tuhan… menyalahkan orang lain justru dapat mengubah semuanya?
Tidak.. ini takkan pernah mengubah keadaan.
Kita semua harus menyadari bahwa semua yang terjadi kepada diri kita bukan akibat perbuatan yang baru saja kita lakukan. Hidup kita tak ubahnya bagaimana kita memperlakukan sebuah bibit bunga. Jika dirawat dengan kasih, ditanam di tanah yang baik, dipupuk dengan pupuk terbaik, disiram dengan air yang baik, dan disinari dengan sinar terbaik maka nanti tumbuhlah tanaman itu dengan sangat baik dan menghasilkan bunga yang indah.
Bibit bunga itu adalah kita sendiri. Tanah tempat bibit itu ditanam adalah lingkungan kita. Jika kita memilih lingkungan yang baik, dimana dikelilingi oleh orang-orang yang baik… sangat mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan kita untuk menjadi orang yang baik pula. Dan tanah itu, bisa kita pilih. Bergaullah dengan orang-orang yang baik, hindari orang –orang yang berpikiran negative. Sering-seringlah dekat dengan orang-orang suci agar kita mendapat wejangannya yang baik sehingga akan sangat membantu bagaimana kita menjalani hidup ini tetap dengan perbuatan yang baik.
Pupuk itu tak lain adalah makanan kita. Jika kita memilih memakan makanan yang baik, yang sehat, tentunya akan menunjang kelangsungan hidup kita. Makanan yang baik akan menyebabkan tubuh akan tumbuh dengan baik dan sehat. Tubuh adalah ibarat pura… tempatNya bersthana. Jika tubuh tumbuh dengan baik, tentu pikiran akan tenang dan mampu berpikir dengan baik.
Air untuk menyiram… ibarat perbuatan kita. Jika kita melakukan hal-hal yang benar, yang suci dan tulus… tentunya tanaman bunga itu akan segar dan mampu menghadapi panasnya suhu udara. Perbuatan yang baik dan didasari oleh ketulusan akan meresap perlahan dan menyejukkan hati kita. Ketulusan takkan pernah menyakiti kita. Jalanilah hidup ini dengan ketulusan…
Sinar terbaik adalah ajaran agama. Tanaman itu takkan mampu hidup tanpa sinar. Manusia takkan mampu hidup tanpa ajaran agama. Agama mengajarkan bagaimana menghadapi hidup ini. Agama adalah sinar didalam kehidupan kita. Ikutilah sinar itu… karena sinar yang baik adalah sinar yang lembut. Sinar yang terlalu panas hanya akan menghanguskan kita. Sinar yang hangat dan lembut… ajaran agama yang mengajarkan kehangatan dan kelembutan, itulah yang kita perlukan untuk dapat bertahan hidup dan menghasilkan bunga yang indah.
Namun semua unsur itu tak seketika berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu, ibaratkan kita. Jika semua telah kita jalani… tentulah bunga kehidupan kita akan menjadi indah. Jadi… jangan menyesali semua yg telah terjadi pada kita. Namun syukurilah. Cobalah menoleh kebelakang kita… masih begitu banyak orang yang jauh lebih menderita. Jika kita mampu melihat penderitaan orang lain, maka kita takkan menyalahkan dan menyesali kehidupan kita.
Jika tanaman itu terlanjur bengkok, arahkanlah kembali… sanggalah dengan sebuah tongkat kayu yang sangat kuat. Tongkat itu adalah tindakan yang sangat tegas. Tegas untuk menasehati diri kita agar kembali kearah yang lurus. Sebelum tanaman itu mati, kita masih bisa menyelamatkannya.
Hidup kita adalah pilihan kita. Jika kini semua telah terjadi, tanaman itu layu… segeralah sirami dengan kasih. Jangan menyesali hidup namun sesalilah perbuatan kita yg membuat hidup kita menjadi sengsara. Namun penyesalan saja takkan berguna, segeralah ambil air dan siramilah tanaman itu agar tak mati. Siramilah hidup anda denga ketulusan dalam menjalaninya. Jika kita tulus, kita takkan pernah mengharapkan hasil dan kecewa dengan hasil itu.
Tuhan yang Maha Pengasih akan membantu membimbing kita jika betul-betul kita ikhlas menjalaninya